TENANG VS SENANG
Seperti yang kita ketahui, di indonesia, sudah ada regulasi yang khusus mengatur bahwa kesehatan jiwa itu sama seperti kesehatan fisik. WHO mengatur bahwa kesehatan fisik itu tidak hanya masalah sehat fisik, tapi juga menyangkut tentang kesehatan psikis, sosial, dan menunjang pada kondisi kesejahteraan yang paripurna. Tapi isu yang terjadi saat ini menurut data dari Riskesda dan survei-survei lainnya didapat 8 dari 10 partisipan yang dikaji itu masih belum mendapat pendampingan dan perawatan kesehatan mental yang paripurna. Hal ini terjadi dapat dikarenakan beberapa faktor, seperti pengetahuannya tentang kesehatan mental itu yang kurang, atau kurangnya berkampanye mempromosikan tentang kesehatan jiwa, agar lebih dikenal di kalangan masyarakat.
Kesehatan mental tidak hanya tentang “Saya Tidak Gila”, tapi kesehatan mental adalah kondisi dimana kesehatan psikis kita terganggu, dan itu masih menjadi tabu dikalangan masyarakat. Disinilah peranan kita untuk merubah stigma dari masyarakat, merubah cara berfikir masyarakat bahwa kesehatan mental itu sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
FENOMENA PERMASALAHAN PSIKOLOGI
Dilihat dari masa tumbuh kembang mulai dari anak-anak, remaja, dewasa awal, madya, akhir hingga lansia, mereka mempunyai permasalahan yang unik, tergantung latar belakang, sosial ekonomi, kepribadian, riwayat medis, yang mereka presentasikan keanekaragamannya di masalah fenomena psikologis itu sendiri.
Menurut penelitian ada 7 (tujuh) emosi dasar manusia, yang meliputi:
Terkait secara mental, pada individu yang sehat, manusia akan wajar dan normal mengalami 7 (tujuh) emosi dasar ini. Disinilah peranan kita untuk membantu agar mereka bisa menghayati secara sadar setiap emosi yang keluar, agar mereka dapat menerima emosi tersebut, mengenal emosinya dan mengontrol emosinya. Ketika seseorang mengingkari emosinya, seperti contoh ia sedang berduka, namun berusaha menutup kedukaannya sendiri, hal inilah yang akan mengarahkan mereka pada gejala-gejala atau permasalahan mental yang spesifik. Seperti misalnya mereka tidak sadar kalau mereka sedang memendam amarah,sedang sedih, sedang kecewa, karena mereka selalu berusaha memendam atau menutupi emosinya sendiri dan berusaha menampilkan pribadinya agar terlihat biasa dan baik-baik saja di mata orang lain. Ketika seseorang selalu menyangkal emosinya, itu akan menyebabkan mereka menabung emosi di alam bawah sadar mereka dan itu akan bisa meledak sewaktu-waktu. Seperti halnya balon yang terus diisi angin, ketika si balon ini sudah tidak kuat menampung angin, dia akan meledak dan pecah. Seperti itulah emosi ketika iya terus disangkal, ditutupi dan dipendam, akan ada saatnya emosi itu akan meledak.
Ketika suatu masalah dipendam dan tidak diselesaikan, itu akan membuat kita akan selalu melakukan hal tersebut. Mengulang dan terus mengulang, hingga menjadi kebiasaan. Hal ini justru akan menimbulkan masalah lain, seperti cemas, mudah tersinggung, depresi, yang akan mengarahkan kita pada gejala-gejala gangguan mental. Maka dari itu, sangat penting untuk kita menghayati dan mengekspresikan emosi kita agar emosi itu keluar secara sadar.
BOLEHKAH KITA SELALU MENGUTAMAKAN KESENANGAN?
Jangan pernah mengingkari kesedihan anda, hanya untuk menampilakan kesenangan anda pada semua orang. Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah. Seperti pola asuh yang otoriter. Pola asuh otoriter, adalah sikap mengasuh oleh orang tua yang selalu menuntut hal-hal yang harus dilakukan oleh sang anak. Pola asuh otoriter tidak melihat keinginan si anak, tapi si anak melakukan apa yang diinginkan orang tuanya. Pola asuh otoriter ini biasanya bertujuan untuk kepentingan dan kebutuhan orang tua, demi anak terlihat baik dan lebih unggul daripada anak lainnya, anak akan dituntut untuk melakukan sesuatu bahkan sesuatu yang tidak si anak suka. Dengan itu anak akan terbiasa terkontrol untuk menyenangkan hati orang tua, dan menyenangkan hati orang lain. Setelah ia dewasa, hal ini sangat berpengaruh pada kesehatan mental sang anak. Anak yang sudah terbiasa menyenangkan hati orang lain, akan berusaha tetap menyenangkan hati orang lain, dengan mengabaikan apa yang ia rasakan. Menutupi kesedihannya, agar terlihat baik-baik saja di depan orang lain. Jadi, pola asuh otoriter sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anak dan perilakunya hingga dewasa nanti.
BAGAIMANA CARA MENGHADAPI MASALAH PADA DIRI KITA?
Terapkan Rumus Terima-Sadari-Perbaiki
Terima dulu segala kondisi, emosional yang terjadi pada hidup kita. Jika kamu sedang berduka, silahkan berduka dulu, jangan paksa diri kamu untuk terlihat baik-baik saja, karena memang kenyataannya kamu tidak sedang baik-baik saja. Luapkan emosi kamu dengan sadar, jangan tabung emosimu karena suatu saat, emosi yang kamu tabung akan meledak dan menghancurkan dirimu.
Ketika kamu sudah merasa cukup meluapkan emosimu, saatnya kamu sadari diri mu sendiri atas apa yang telah terjadi pada hidupmu. Sadari dan lapangkan hati, mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Ketika semua sudah kamu terima dan sadari, saatnya sekarang kamu perbaiki diri. Mulailah evaluasi diri dan lakukan perbaikan, agar kejadian tersebut tidak kembali terulang dalam dirimu.
Jangan ragu untuk melakukan konsultasi ke Psikiatri untuk membantu tahap pemulihan tersebut, karena konsultasi kesehatan mental bukanlah hal yang tabu lagi. Karena kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik kita.
DAMPAK KESENANGAN DAN KEKECEWAAN DALAM DIRI
Dampak itu bersifak subyektif dalam diri, karena dampak tergantung dengan cara kita menanggapi situasi tersebut. Misal seperti contoh, ketika saat kita sedang dalam kondisi berduka, bersedih ataupun kecewa, pasti ada dampak negatif dalam diri. Misalnya beberapa dampaknya seperti cemas yang berlebih, atau bisa juga berdampak pada asam lambung yang tinggi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kesehatan mental sangat berpengaruh pada kesehatan fisik. Jadi ketika kita dalam kondisi mental terganggu, misal karena cemas, kita tidak enak makan, asam lambung jadi naik, pusing, mual, muntah, dan lainnya.
Selain itu dampak yang terjadi akibat emosi dasar tidak dapat dikendalikan yaitu gangguan psikis seperti cemas berlebih, depresi, yang dapat mengarah pada kejadian putus asa dan bunuh diri.
Hal ini tentu menjadi sorotan penting di dunia psikiatri untuk mencegah terjadinya kejadian yang tidak diinginkan. Jadi dengan ini, psikiatri akan melakukan pendampingan dan melakukan terapi dan pengobatan untuk membantu mengembalikan jati diri pasien tersebut, tentu dengan dukungan orang terdekat dan semangat dari pasien untuk dapat sembuh.
SIAPA YANG BISA MENOLONG KESEHATAN MENTAL KITA?
Diri kita sendiri. Kitalah orang pertama yang menyelamatkan kesehatan mental kita sendiri. Psikoterapi, obat itu penting. Namun itu bersifat sebagai penunjang. Pemeran pertama tetap pada diri kita sendiri.
BAGAIMANA CARA MENGELOLA EMOSI DAN PIKIRAN KITA?
KESENANGAN DAPAT KITA PEROLEH, KETIKA KITA SUDAH DAPATKAN KETENANGAN
Hal yang terpenting adalah kita sadari dulu kesenangan ini, bahwa kesenangan bersifat tidak permanen, kadang juga dapat bersifat temporer. Jadi ketika merasa senang, belum tentu kita tenang. Namun ketika kita tenang, proses berfikir kita, emosional kita, kondisi fisik, serta prilaku kita itu sudah menerima, menyadari dan ada upaya untuk melakukan perbaikan untuk beradaptasi pada situasinya saat ini. Dengan kemampuan beradaptasi seperti itu, individu akan mampu mengarahkan pada pertumbuhan kesehatan mental dan pertumbuhan kepribadiannya.
BAGAIMANA MEMELIHARA KESEHATAN JIWA?
Jika anda memiliki keluhan kesehatan jiwa lainnya, bisa konsultasikan keluhan anda ke Klinik Jiwa RSD Mangusada pada hari Senin – Sabtu dengan waktu registrasi pukul 07.30 – 12.00 WITA.
Salam Sehat Jiwa
(ed:AR)