Jantung Berdebar Menyebabkan Stroke?

Stroke merupakan salah satu penyebab kematian utama di Indonesia. Jumlahnya mencapai 15,4% dari total penyebab kematian. Artinya, satu dari tujuh orang yang meninggal karena stroke. Stroke terjadi saat pembuluh darah yang memasok darah ke otak mengalami sumbatan ataupun pecah.

Tekanan darah dan ritme jantung sangat berpengaruh terhadap kejadian stroke. Tiga dari empat orang yang mengalami stroke pertama kali, memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Sedangkan ritme atrium jantung yang tidak teratur, yang biasa disebut atrial fibrilasi (AF), terjadi pada 1 dari 5 kejadian stroke.

AF adalah kelainan irama yang ditandai dengan denyut yang sangat irregular. AF terjadi akibat gangguan pada pembentukan impuls listrik jantung. Dalam keadaan AF terjadi pembentukan impuls listrik yang sangat banyak di serambi jantung. Padahal dalam keadaan normal (irama sinus) hanya terdapat satu sumber pembentuk impuls yang menghasilkan sekitar 60-90 impuls per menit saat istirahat.

Walaupun keluhan AF cukup bervariasi tetapi umumnya pasien mengalami episode berdebar. Yang khas pada keluhan berdebar tersebut adalah denyut jantung atau perabaan nadi yang tidak teratur baik frekuensi maupun kekuatannya. Bila mencoba meraba denyut nadi sendiri, pasien AF sering mengatakan ada denyut yang hilang dan tidak teratur. Pasien dengan AF merasakan denyut jantung yang mudah meningkat pada aktifitas yang ringan sekalipun. Akibatnya kemampuan fungsionalnya menurun yaitu pasien mudah merasa lelah pada aktifitas fisik yang meningkat.

Salah satu akibat dari AF adalah statis darah dalam ruang jantung yang dapat menyebabkan terbentuknya klot. Klot ini dapat terlepas dan beredar di pembuluh darah, apabila menyumbat pembuluh darah otak dapat mengakibatkan stroke.

Tekanan darah tinggi secara umum dianggap sebagai faktor risiko stroke yang paling dapat dikontrol, namun atrial fibrilasi adalah faktor risiko yang paling kuat. Orang dengan atrial fibrilasi memiliki risiko stroke 5 kali lebih tinggi.

Stroke bukanlah penyakit yang tidak dapat dihindari, meski pada pasien dengan tekanan darah tinggi atau atrial fibrilasi. Mengontrol tekanan darah dan atrial fibrilasi dapat menurunkan risiko stroke secara signifikan. Selain itu, dibutuhkan komitmen untuk menjalankan pola hidup yang sehat, seperti tidak merokok, berolahraga secara teratur, dan menjaga berat badan ideal. Konsumsi obat-obatan tekanan daran dan atrial fibrilasi secara teratur tentunya juga sangat beperan penting. Lakukan pemeriksaan tekanan darah berkala dan kontrol hipertensi dengan baik Penderita hipertensi harus berusaha mengontrol tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg. Periksa kesehatan jantung secara berkala, lakukan rekaman jantung (EKG) untuk mengetahui ada/ tidak AF. Bila ada keluhan berdebar, rekaman jantung diusahakan dilakukan pada saat berdebar.

 

Olehdr. Putu Gede Budiana, Sp.JP / dr. Prayoga Setiawan, S.Ked (SMF Jantung dan pembuluh Darah RSUD Mangusada)

 

 

 


Referensi:

1.      Wann LS, Curtis AB, January CT, et al. 2011 ACCF/AHA/HRS focused update on the management of patients with atrial fibrillation (updating the 2006 guideline): a report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines.Circulation. 10 Okt 2016 123(1):104-23.

2.      Olesen JB, Lip GY, Hansen ML, Hansen PR, Tolstrup JS, Lindhardsen J, et al. Validation of risk stratification schemes for predicting stroke and thromboembolism in patients with atrial fibrillation: nationwide cohort study. BMJ. 10 Okt 2016. 342:d124. 

3.      January CT, Wann LS, Alpert JS, et al. 2014 AHA/ACC/HRS guideline for the management of patients with atrial fibrillation: executive summary: a report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines and the Heart Rhythm Society. J Am Coll Cardiol. 2014 Mar 28.