Tindakan Operasi Pada Osteoarthritis

Ibarat mesin yang digunakan terus menerus, pada suatu masa akan mengalami gangguan akibat gesekan berulang. Hal yang sama terjadi pada organ tubuh kita, sebut saja sendi. Beda mesin dan tubuh manusia adalah jika kerusakan pada mesin, kita bisa menggantinya dengan spare part atau onderdil baru. Tapi bagaimana jika kerusakan itu terjadi pada sendi atau lutut kita. Apakah kita dapat menggantinya?

Umumnya, sendi lutut terdiri dari tiga bagian, yaitu tulang paha (femur), tulang kering (tibia), dan tempurung lutut (patella). Agar tidak mudah keropos dan melindungi dari gesekan yang terjadi, ketiga jenis tulang itu dilindungi tulang rawan. Selain itu, di antara femur dan tibia terdapat meniscus atau bantalan yang berfungsi sebagai engsel agar mudah melakukan aktivitas.

Meski mempunyai pelindung, berbagai kerusakan dapat terjadi pada tulang sendi (osteoarthtritis). Banyak penyebab osteoarthritis, di antaranya faktor usia, pengapuran, cedera lutut, dan sebagainya.

Indikasi awal osteoarthritis memang tidak sama, tapi pada banyak kasus ditemui gejala awal berupa, timbulnya rasa sakit dan nyeri pada lutut hingga membatasi aktivitas saat berjalan atau beraktivitas lainnya. Jika hal ini dibiarkan, suatu saat akan menimbulkan kekakuan serta ketidakstabilan saat berjalan. Kerusakan yang menonjol secara fisik atau deformitas berupa perubahan bentuk kaki menyerupai huruf ‘O’ atau ‘X’.

Jika kerusakan tidak segera ditindaklanjuti dengan pengobatan atau tindakan medis, dampak terburuk yang terjadi berupa pengikisan permukaan tulang rawan. Akibat pengikisan tersebut, akan memicu reaksi pembentukan tulang rawan baru di sekitar sendi. Pada banyak kasus pertumbuhan itu berada di luar tempurung hingga menyebabkan nyeri. Pembentukan tulang rawan yang tidak sempurna itu disebut juga perkapuran.

Tindakan terhadap pasien yang mengalami perkapuran dapat dilakukan dengan arthroscopic washout untuk mengikis serta membuang bagian tulang rawan serta tonjolan yang terjadi akibat perkapuran. Bahkan jika diperlukan, dapat dilakukan pengeboran (drilling) untuk merangsang pertumbuhan tulang rawan yang terarah di sekitar sendi. Meski demikian tindakan ini hanya dilakukan pada pasien osteoarthritis yang kondisinya belum begitu parah.

“Dalam tindakan arthroscopic, meski dilakukan di ruang operasi, pasien hanya dibius spinal atau lokal. Setelah dibius, dilanjutkan dengan peneropongan ke dalam sendi lutut menggunakan dua buah skop insisi kecil (4 mm). Skop ini juga memiliki kamera sehingga dapat memunculkan gambar pada monitor.

Meski dilakukan dalam ruang operasi, dalam melakukan arthroscopic washout, pasien tetap dalam keadaan sadar. Bahkan dapat menyaksikan operasi lewat monitor. Setelah operasi selesai, umumnya pasien dapat langsung berjalan. Tapi, agar tidak menimbulkan cedera atau hal-hal yang tidak diinginkan pasca operasi, disarankan untuk memakai tongkat dalam beberapa minggu.

Sedangkan untuk perkapuran stadium lanjut atau grade IV, biasanya disertai dengan perubahan bentuk fisik dari kaki menyerupai huruf ‘O’ atau ‘X’. Jika hal itu terjadi, tindakan arthroscopic washout tidak banyak membantu. Sebab kerusakan itu menimbulkan kecacatan atau perubahan bentuk fisik kaki. Tindakan yang mungkin dilakukan adalah total knee replacement atau mengganti sendi lutut menggunakan prothese. Meski lutut aritifisial tidak sempurna seperti sebelumnya, tapi operasi itu akan memperbaiki kualitas hidup penderita dengan hilangnya rasa nyeri, kekakuan sendi, dan bentuk sendi lutut yang bengkok.

“Total knee replacement biasanya dilakukan pada penderita osteoarthritis berat. Sebagian besar pasien yang mendapatkan lutut artifisial berusia di atas 50 tahun, tetapi bukan tidak mungkin ada penderita yang usianya lebih muda karena mengalami kasus khusus,” papar dr. Iman Antariksa, Sp.OT.

Karena itu, proses penggantian sendi lutut harus dilakukan dokter ahli dan kompeten di bidangnya. Selain itu, dengan tingkat kesulitan sangat tinggi, juga dituntut ketelitian dan kerapian dokter dalam melakukan operasi.

Penanganan Osteoarthritis

Penanganan osteoarthritis, tergantung pada stadiumnya. Mi­salnya, cara suntik, itu hanya bisa untuk pasien dengan stadium awal. Metode ini bukan untuk stadium lanjut.

Untuk pasien stadium tiga dan empat sudah tidak pada tempatnya disuntik-suntik. Jika itu dilakukan, sama saja seperti menggarami air laut. Efeknya tidak bagus.

Sebelum melakukan penyuntikan, pertama harus tahu bahan yang akan di­suntikkan itu. Umumnya yang disuntikan adalah asam herononik atau herononik acid. Ini nama generiknya, produknya macam-macam. Bahan bakunya berbeda-beda, ada yang dari jenger ayam, bahan organik, dan sintetik. Tujuan penyuntikan untuk menambah cairan. Cair­an lutut yang normal itu sebenarnya ada. Namanya cairan sinofium yang dihasilkan dari sinufium-sinufium pada kapsul sendi. Fungsinya sebagai pelumas, agar sendi kita dapat bergerak dengan smooth. Cairan ini bisa berlebih juga. Jika terjadi radang, cairan ini dapat berlebih. Kalau sedang berlebih jangan disuntik, malah harus disedot. Jangan takut kering, karena tidak bakal kering.

Terkadang ada juga pada pasien osteoarthritis disuntikan steroid. Langkah ini kurang baik. Tindakan ini dilakukan jika sangat perlu. Maksimal setahun tiga hingga empat kali. Bahayanya adalah tulang menjadi keropos. Ini perlu, jika radang­nya hebat. Lebih baik diberikan asam herononat, karena ini semacam cairan sendi normal.

Cairan yang disuntikkan itu, harus masuk ke dalam sendi yang dituju. Jika tidak maka akan sia-sia. Padahal harga ‘asam’ ini cukup mahal untuk setiap cure-nya. Setiap pasien dapat menjalani jumlah suntikan yang berbeda-beda, ada yang dua atau tiga penyuntik­an.

Itu tergantung sifat dari asam yang dimasukkan, mereknya macam-macam. Misalnya merek A dia harus disuntikkan lima kali (satu kali cure-nya), memang bekerjanya begitu. Ada merek B, dia tiga kali (satu cure-nya). Asalnya berbeda, berat jenis molekulnya berbeda. Sehingga ada yang perlu disuntik lima kali, sekali seminggu. Jadi cairan itu harus benar-benar masuk ke dalam sendi, kalau tidak maka tak efektif dan ada efek samping, menimbulkan rasa nyeri.

Soal efektivitas penyuntikan, sambung dia, tergantung stadiumnya. Kalau untuk pasien stadium satu dan dua, cukup efektif, sedangkan untuk stadium tiga dan empat kurang efektif. Metode ini harus diulang setahun sampai enam bulan. Yang harus diingat adalah osteoarthritis tidak ada obatnya, yang bisa mengembalikan ke fungsi yang lebih baik. Tidak ada cara untuk menyetopnya.

Jadi, selama hidupnya, pasien akan terus berkutat de­ngan masalah tersebut. Kalau pun perlu joint replacement, harus ada kriterianya. Minimal dipasang pada pasien ber­umur di atas 65 tahun. Karena alat ini buatan manusia, bukan buatan Tuhan, jadi tak dapat regenerasi. Ada umurnya. Joint replacement itu umurnya 15 tahun. Misalnya, pada stadium awal, kita ini ibaratnya buying time, supaya tidak cepat-cepat joint replacement, ya kita lakukan penyuntikan.

Lantaran osteoarthritis tidak dapat disembuhkan dan belum ada obatnya, maka yang perlu dilakukan adalah me­ngurangi berat badan dan modifikasi life style. Misalnya jangan melakukan aktivitas yang high impact, jika memang sudah tahu ada osteoarthritis.

Bagi mereka yang pernah cedera, karena yang pernah cedera lebih bahaya untuk osteoarthritis, tangani dengan benar cederanya sehingga tidak ada osteoarthritis sekunder. Untuk yang primer, kurangi berat badan dan kurangi aktivitas high impact.